Pustaka





Syekh Siti Jenar, Ia juga akrab dipanggil Syekh Lemah Abang. Beberapa literatyur Jawa menyebutnya Syekh Siti Brit, bahkan ada yang menyebutnya Syekh Jabarantas, karena sehari harinya sebagai guru berpenampilan sederhana. Mungkin di zaman sekarang ia digolongkan sebagai orang yang nyentrik. Ya, penampilannya sederhana, tapi ilmunya mumpuni. namun ia tetap rendah hati. Ia tetap mau berguru kepada para wali sepu (senior) di Tanah Jawa





 
Meskipun mereka bukan berasal dari satu perguruan, tetapi karena persahabatan mereka yang karib, maka seringkali mereka berdua tampak berlatih bersama,. Saling memberi dan menerima atas izin guru mereka masing- masing. Gerak Mahesa Jenar sedikit kalah cekatan dibanding dengan Sela yang menurut cerita adalah cucu seorang bidadari yang bernama Nawangwulan.








Sungguh beruntrung orang beriman yang dalam shalatnya dilakukan dengan rasa Khusyu ( QS. Al Mukminun 1 - 2)









Konon, Seorang ulama Islam, bernama Syeh Abdul Jalil, datang ke Jawa dan bermukim di Bukit Amparan Jati ( Daerah Cirebon sekarang ). Disana, beliau bertemu dengan Syeh Dzatul Kahfi, seorang ulama sepuh yang sudah lama menetap di Bukit Amparan Jati. Ulama sepuh inilah guru dari Pangeran Walang Sungsang dan Dewi Rara Santang, putra-putri dari Prabhu Silih Wangi, Raja Pajajaran.








Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi
Allah, yang Maha Mengetahuiseluruh rahasia tersembunyidan dimana hatimukminin bergetar tatkala mendengar asma-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurahpada penghulu sekalian Rasul, penyempurna risalah Ilahi beserta keluarganya.

( Baca )